JAKARTA: Pertumbuhan ekonomi Indonesia selama ini dinilai belum inklusif sehingga tidak mampu menjawab masalah ketimpangan pendapatan masyarakat.
Kesenjangan perekonomian masih terjadi karena pemerintah dinilai belum serius berorientasi ke arah penciptaan ekonomi yang berkeadilan.
Demikan dikemukakan ekonom dari Universitas Gajah Mada (UGM) Revrisond Baswir ketika dihubungi Kamis (6/1).
“Makanya, saya selalu mempertanyakan. Perekonomian Indonesia tumbuh sampai 6% itu yang tumbuh siapa? Kalau yang nikmati cuma pemilik rekening Rp5 miliar ke atas, buat apa. Rakyat banyak enggak tumbuh,” ujarnya.
Dari data BPS 2010, rasio gini Indonesia hanya turun tipis 0,12 selama lima tahun terakhir. Rasio gini pada 2010 tercatat 0,331, sementara pada 2005 di level 0,343.
Namun, juga terungkap bahwa perbaikan pendapatan hanya terjadi di perkotaan, dari 0,362 pada 2009 menjadi 0,352 pada 2010. Sebaliknya, ketimpangan pendapatan masyarakat di pedesaan justru semakin melebar dengan rasio gini naik dari 0,288 menjadi 0,297.
Revrisond juga mengingatkan Badan Pusat Statistik untuk tidak merekayasa data-data statistik terkait tingkat kesejahteraan masyarakat Indonesia. Sebab, rasio gini yang dipaparkan BPS pada 2010 sebesar 0,331, masih dalam angka moderat.
Namun, jika melihat data Dana Pihak Ketiga Perbankan (DPK) nasional terbaru, terlihat bahwa tingkat kesenjangan masyarakat masih sangat besar, jauh di atas yang terungkap dalam rasio gini versi BPS.
Per November 2010, berdasarkan data simpanan bank umum, pertumbuhan
jumlah pemilik segmen rekening terbesar (Rp5 miliar ke atas) tercatat paling sedikit, namun penambahan nilai simpanannya tercatat paling besar.
Dari sisi jumlah rekening November dibanding Oktober, kenaikan jumlah akun rekening terbesar terjadi pada segmen nominal 0-Rp100 juta, sebesar 455.937 rekening baru. Sementara segmen nominal lebih dari Rp5 Miliar paling kecil dari semua segmen, yakni 1.087 rekening.
Namun, jika dilihat dari nominalnya nilai simpanan, rekening Rp5 miliar ke atas masih menguasai 39,52% DPK. Sementara rekening di bawah Rp100 juta hanya menguasai 17,38% DPK. Rata-rata isi rekening di bawah Rp100 juta ini juga justru turun dari Rp4,13 juta jadi Rp4,12 juta per rekening. (OL-9)
Minggu, 05 Juni 2011
masalah terkini indonesia
Kamis, 06 Januari 2011 20:05 WIB
Langganan:
Postingan (Atom)